Iqbal merupakan anak pasangan Fatimah dan Nursa asal Lombok. Kebetulan, keluarga ini tinggal di daerah penambangan emas karena Nursa bekerja sebagai penambang emas. Sampai saat ini, diagnosis pasti belum didapat Iqbal.
Hanya saja, diduga apa yang dialami bocah tersebut akibat paparan merkuri, mengingat orang yang tinggal di daerah pertambangan memiliki risiko tinggi terpapar merkuri. Fatimah mengatakan, sebelumnya Iqbal sempat didiagnosis berbagai penyakit.
"Dokter bilang infeksi paru-paru, lalu gizi buruk dan yang terakhir dibilang down syndrome. Semua dilakukan tapi nggak ada perubahan," ucap Fatimah kepada detikHealth di sela-sela seminar 'Mercury Poisoning: Minamata at 60 and Indonesia?' di Hotel Ibis Tamarin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (5/12/2016).
Fatimah mengisahkan, Iqbal lahir saat usianya di kandungan 9 bulan dengan berat 2,8 kg. Di usia 6 bulan, Fatimah merasa ada yang tidak beres pada putranya. Sebab, berat badan Iqbal tidak bertambah, pertumbuhannya terhambat, dan ia sering kejang.
"Awalnya beratnya nggak naik-naik, kalau nangis suka kejang," ujar Fatimah.
Oleh karena itu, orang tua Iqbal berinisiatif membawanya ke puskesmas terdekat. Sayang, pihak puskesmas tidak bisa memberi kepastian diagnosis dan merujuk si kecil Iqbal ke RS.
"Di rumah sakit 19 hari cuma diberi susu aja, nggak ada yang lain. Didiagnosisnya infeksi paru-paru tapi nggak dikasih obat," lanjut Fatimah.
Melihat tak ada perkembangan pada putranya, Nursa dan Fatimah memutuskan membawa pulang Iqbal. Bahkan, demi kesembuhan putranya pasangan itu sempat mengganti nama panggilan sang putra atas saran orang sekitar. Tapi, hasilnya nihil.
Saat ini, Iqbal belum bisa duduk maupun berdiri. Meski begitu, Nursa dan Fatimah tak putus asa untuk tetap merawat Iqbal dengan baik. Mereka juga berharap diagnosis tepat bisa segera didapat Iqbal hingga bocah itu bisa mendapat pengobatan dan sembuh, serta tumbuh seperti anak lainnya. (Detik)
Advertisement
Posting Komentar