SURABAYA - Mendikbud Muhadjir Effendy melayat (takziah) ke rumah duka almarhumah ibunda mantan Mendikbud Mohammad Nuh, yakni Hj Suadah binti Moenady (84), di Jalan Raya Gununganyar Tengah, Surabaya, Jumat (2/12/2016).
"Saya hanya sekali bertemu ibunya Pak Nuh, tapi saya sudah lama berteman dengan Pak Nuh, sejak saya menjadi Rektor UMM dan beliau jadi Rektor ITS," kata Muhadjir setelah mengikuti salat jenazah di Masjid Baiturrochim, Gununganyar Tengah.
[warning title="REKOMENDASI" icon="exclamation-triangle"]UN Dihapus, M. Nuh: Apa Rasionalitas/Evaluasi Akademiknya?
USBN Telah Dipersiapkan Sebagai Pengganti UN [/warning]
Ibunda mantan Mendikbud Mohammad Nuh, yakni Hj. Suadah binti Moenady (84), wafat di RSI Jemursari, Surabaya, Kamis 1 Desember 2016 pukul 15.00 WIB, karena penyakit kanker usus, namun pemakaman dilaksanakan pada hari ini karena jenazah tiba dari rumah sakit ke rumah duka di Gununganyar Tengah pada Kamis malam.
Ditanya kedekatannya dengan keluarga Pak Nuh, Muhadjir yang juga salah seorang Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu menjelaskan, hubungan secara kekerabatan dengan keluarga Pak Nuh sebenarnya tergolong jauh.
"Hanya dari istri Pak Nuh (drg Laily Rahmawati) yang masuk dalam Keluarga Sewulan, tapi itu juga keluarga yang (hubungan kekerabatannya) jauh," katanya saat keluar dari masjid, setelah mengikuti salat jenazah.
Namun, kedekatannya sebagai teman lama berlanjut saat Nuh menjadi menteri. "Pak Nuh sebagai Mendikbud saat itu sering minta masukan kepada saya. Sekarang, saya menjadi menteri, maka gantian saya yang minta masukan Pak Nuh," tuturnya.
Mendikbud berada di rumah duka sekira satu jam, lalu ia berjalan kaki untuk mengikuti dalat jenazah di Masjid Baiturrochim yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah duka, namun ia langsung pulang saat keluar dari masjid.
Selain Mendikbud, salat jenazah yang dipimpin Wakil Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (Surabaya) itu juga diikuti KH Agoes Ali Masyhuri (PWNU Jatim/Sidoarjo), Rektor ITS Prof Joni Hermana, Rektor Unair Prof M Nasih, Rektor Unesa Prof Warsono, Rektor Unusa Prof A Jazidie, Direktur PENS Dr Zaenal Arif, dan sejumlah pejabat pemerintah serta TNI/Polri.
"Almarhumah berhasil mendidik putra-putrinya dan Pak Nuh merupakan anak kesayangan, bahkan putri tunggal Pak Nuh, mbak Rizqi (Hj Racma Rizqina Marditillah), juga merupakan cucu kesayangan," kata mantan staf khusus Pak Nuh, Sukemi.
Menurut Sukemi, almarhumah yang meninggalkan 10 anak, 30 cucu dan 18 cicit itu sudah berkali-kali masuk rumah sakit, karena penyakitnya, namun masuk rumah sakit yang terakhir sebelum meninggal dunia itu paling lama yakni tiga bulan.
"Saat kritis, Pak Nuh langsung menghubungi putrinya yang sedang studi pascasarjana di Jerman untuk pulang. Saat cucunya itu pulang, neneknya pun meninggal. Mungkin almarhumah ingin ditunggui anak dan cucu kesayangannya," ujarnya.
Almarhumah dimakamkan di pemakaman Islam di kawasan Gunung Anyar Tengah yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah duka.(Okezone)
Advertisement
Posting Komentar