Pengertian Sampling, Jenis Metode dan Teknik Sampling
Pengertian Sampling, Jenis Metode dan Teknik Sampling - Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari
populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan karakter dari
populasi. Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan sebagai acuan
untuk memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang membeli
rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara
rambang (Random) dari rambutan yang dijajakan untuk menghindari adanya
kecurangan yang dilakukan oleh pedagang. Rasa buah rambutan yang
dicicipi akan menjadi alat tafsiran mengenai rasa seluruh rambutan yang
ada.
Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut populasi penelitian. Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.
Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut populasi penelitian. Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.
Sumber Gambar : Wikipedia.org |
A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik
dari populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil
sebagian dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan
kualitas dari populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel
tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada
pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai contoh pada penelitian
menganai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah
dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup
untuk digunakan utnuk mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki,
kepala atau tangan dari pasien.
Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari sampel.
Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari sampel.
B. Tujuan Pengambilan Sampel
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada
sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan.
Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan
bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis
sehingga sampel adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan
dengan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.
Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.
Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.
Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa ahli mengenai jumlah sampel
Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen memberikan sara ukuran sampel minimal
1. Percobaan yang bersifat merusak
Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian darah dari pasien.Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.
2. Masalah Teknis Penelitian
Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah sampel yang berlebih.Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.
C. Syarat Pengambilan Sampel
Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis data.2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan. Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi.Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.
D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih dari 60 data.Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa ahli mengenai jumlah sampel
Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen memberikan sara ukuran sampel minimal
- Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi
- Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
- Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group
- Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group
Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan
- Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel
- Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
- Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
- Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group
Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :
- Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
- Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
- Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
- Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Keterangan:
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan
rumus :
keterangan :
Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi
terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis
statistik yang digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling
sedikit.
E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling
Teknik sampling adalah sebuah metode
atau cara yang dilakukan untuk menentukan jumlah dan anggota sampel.
Setiap anggota tentu saja wakil dari populasi yang dipilih setelah
dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter. Teknik sampling yang
digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian.
Populasi
terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas. Ada
banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari
individu seperti halnya wilayah tempat tinggal atau gaya hidup dalam
suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang
memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi akhirnya membentuk
karakter dari populasi secara umum. Berdasarkan karakter ini, dapat
disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan
begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap
representatif
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling
adalah seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur
khusus yang melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena
individu dengan kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan
tentu saja mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian
karakteristik daerah, tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga
perlu dipertimbangkan dalam memilih teknik sampling yang sesuai
F. Jenis dan Metode Sampling
Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2)
kelompok, yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun
Probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling
menurut Sugiyono adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah
mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan
telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok
unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun
jenis-jenis Probability sampling adalah sebagai berikut :
a) Simple random sampling
Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu
sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang
sama untuk terpilih atau terambil.
Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)
menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan
sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa
program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang
dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.
Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)
b) Proportionate stratified random sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa
digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau
berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari
berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata.
Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan
SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah
sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan
diambil secara proporsional.
c) Disproportionate stratified random sampling
Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang
lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat
orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu
terlalu kecil bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP.
d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004:
127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu
atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.
Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi.
Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu
diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling.
Contoh tersebut dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya
dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian
dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak
dilakukan langsung pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas
sebagai kelompok atau cluster.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini
dapat digambarkan di bawah ini.
Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)
2) Nonprobability sampling
a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100
orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan
nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil
saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel
adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004:
127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan
tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok.
Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel
secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II)
sebanyak 20 orang.
c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan
sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan
data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang
pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara
yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data
langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang
diharapkan terpenuhi.
d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling
didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai
maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria
kedisiplinan pegawai.
e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin
lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan
purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)
Sumber Bacaan dan Referensi
Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York
Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006). Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall
Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM
Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta
Advertisement
Posting Komentar